Post Terbaru

Pengalaman di Kelas Public Speaking Daffodils [1]


‘Wassup guys?

Lama rasanya semenjak kali terakhir saya menulis di blog ini. Terkadang sempat terpikirkan untuk mengetik satu dua kata untuk mengisi halaman blog yang kosong. Akan tetapi semua hanya ada dalam angan-angan belaka hingga sekarang. Banyak hal baru yang ingin gue tuangkan di kesempatan ini tapi saya hanya akan menuliskan beberapa saja. Diantaranya yang paling mengesankan adalah bahwa saya baru saja masuk kelas public speaking Daffodils! :D

Loh, tunggu dulu gan, kok tiba-tiba ada Daffodils.. Apa itu? Trus public speaking apa lagi? Trus kenapa saya baca tulisan ini? Trus kenapa penulisnya ganteng? nah itu dia mari saya jelaskan secara ringkas.

  • Saat ini saya  sedang berada di Kampung Inggris Pare dan sedang belajar untuk menguasai bahasa inggris dengan fluently.
  • Daffodils itu salah satu institusi kursus di Kampung Inggris Pare dan berdasarkan pengalaman dan juga rekomendasi teman-teman serta tutor-tutor dari kursus lain merupakan institusi kursus yang harum namanya di Kampung Inggris Pare.
  • Public Speaking adalah merupakan seni berbicara didepan sekelompok orang dengan efisien dan efektif.
You got it my friend? Great, excellent. Next! Apasih yang bikin gue sampai bikin post tersendiri tentang hal ini? Well, mungkin karena kelasnya. Sampai saat ini, saya sudah merasakan berbagai tempat kursus di Pare diantaranya Mr. Bob, Global English, Survivor dan Peace. You know what? Pada dasarnya gak ada satupun suasana tempat kursus yang sama benar. Selain karena emang cara mengajar yang berlainan, juga infrastruktur, tutor-tutor dan bahkan murid-muridnya yang selalu dynamist tiap 2 minggu ganti.

Di Daffodils misalkan, tutornya ngajar secara formal dan menghindari kata-kata yang berkonotasi negatif kayak fuck, shit, damn etc. Lain halnya di Mr. Bob dan Survivor yang mana cukup bebas dalam mengekspresikan diri. Di Mr. Bob dan (sebagian) Peace ruangan belajar terbuat dari anyaman bambu dan muridnya duduk bersila, sedangkan di Daffodils, Survivor dan Global English memakai bangunan yang terbuat dari bata. Khusus untuk Global English kelasnya bahkan ada dimana-mana loh. Hampir di tiap sudut Kampung Inggris dapat ditemukan kelasnya.

Nah yang membuat saya merasa kerasan dengan kelas di Daffodils yaitu masuknya membutuhkan perjuangan. Setiap murid yang ingin masuk ke kelas public speaking diwajibkan untuk melalui test dahulu. Dan testnya gak main-main, bukan karena sulitnya (karena sudah belajar sebulan di kursusan lain), tapi karena semua competitor saya sudah punya basic dan skill yang mumpuni. Coba bayangkan ada yang dosen dua orang, penerima beasiswa, mahasiswa pengabdi Indonesia Mengajar, sampai (ex-) duta besar pariwisata Indonesia! Lah saya? Terakhir kali mengharumkan nama saya tuh pas SD kelas 5, dan sebatas perayaan 17 Agustusan balap kelereng antar kelas. That’s it, men! (o_o) [!!!].

Permasalahannya adalah kuota siswanya dibatasi hanya sekitar 16-17 siswa saja. Sedangkan kami semua berjumlah 24 orang, yang berarti 7 orang harus angkat koper hari itu juga (!).Untung semenjak saya masuk kuliah di salah satu sekolah tinggi (yang dengar2 masuknya susah) saya udah punya mental gak akan kalah sebelum berperang.

26 Desember 2013, hari ujian masuk dimulai. Saya bersama 2 teman gue dari Mr. Bob Camp menjalani test masuk. Just like I expected, everybody speak english fluently and without showing any hesitation! Setelah semua presentasi di depan para competitor tiba waktu dimana 7 orang disebutkan namanya untuk angkat koper dari kelas ini, selamanya.

Udah terbayang dalam pikiran saya bahwa public speaking gusaya e yang kikuk gak bakalan dimasukkan dalam team 17 orang pilihan pembaca. Udah siap-siap packing tas, buku dan alat tulis sudah dimasukkan semua. Tiba-tiba di saat-saat terakhir ada 3 orang yang resign sebelum diumumkan oleh Tutornya. Sebenarnya sedih sih tapi ya senang juga karena competitornya berkurang, walaupun tetap saja saya gak dijamin 100% diterima. Satu persatu nama diumumkan dan keluar dari ruangan dengan kepala menunduk... Biasa aja sebenarnya, kami kenalpun tidak.

Tapi yang paling gak enak itu pas satu kompatriot kami gugur. Padahal saya cukup yakin dengan kemampuan bahasanya yang baik dan lancar, malah bisa dibilang dalam beberapa aspek lebih baik dari saya. Setelah kelas selesai saya sempet mempertanyakan hal ini sama tutornya, walaupun gak mendapat jawaban yang memuaskan. Mungkin teman kami dikasih jalan lain sama YMK. Hingga orang ke 4 yang dipanggil nama saya dan si kawan satu lagi gak tersebut didalamnya. So, we got accepted! Dan kami tergabung dalam angkatan 69. Uwow 69 gilaaa.. bikin terbayang sesuatu.. (yin dan yang) :-D

Hari ini tanggal 30 Desember 2013 merupakan pertemuan ketiga kami dalam kelas Public Speaking Daffodils 69. Dan malam ini gue sedang membuat public speaking untuk pertemuan selanjutnya keesokan paginya. Hope it turn out well, catch you later guys!

Read more ...
Designed By