Post Terbaru

Kapal Oleng, Kapitan! (Closing Post)

Closing post for this blog

 I can't say for sure, but I wanna close down this blog. Well, I won't deleting the blog domain nor trashing any post. I'll just leave it alone and won't be adding further post in the near future. But, I will keep in touch for anyone who commenting this blog. I promise to reply it (even though it gonna take a while).

The reason behind this is that my purpose of makin' blog ain't go well with my grand plan. Can't see any other way to solve the problem either. So this choice of closing is the best option left. I might turn on this blog again after I can see my plan going along with it.

even the sun ain't shining all day
 Thanks for your kindness to read my whole post. I feel sorry for those who get stranded from google here, suruh siapa nyasar kemari :p. 

Last but not least: I gonna miss this fcuking piece of sheet!!!

Wilujeng kantun, 




M. Hady G.
30 July 2014
Read more ...

Jenuh. Pakai. Bengeudh.

Pulang kampung.. Lagi. Tak banyak yang bisa dilakukan disini, selain: malas-malasan. Saya orangnya gak bisa diam di rumah sih tapi mau keluar rumah gak punya motor, tujuan pun gak tentu. Kendaraaan umum jarang dan dibatasi sampai magrib. Mau main game udah bosen, nonton movie udah sering, musik dan video musik terasa sakit di telinga... 

Saat kaya gini jadi kangen masa kuliah dulu. Saat masih aktif di marching band, parkour dan indorunners... Setiap momennya sangat menarik dan tidak monoton!

marching kuliah parkour dan indorunnerz :p





Hady Gunawan 25/07
abis ngejailin kucing tetangga
Read more ...

Setan Itu Bernama Iri



Ada kabar gembira untuk kita semua! Bukan, ini bukan ekstrak kulit sunat seperti diiklan. Saya seudah muak dengan itu! Kabar ini datang dari teman, seorang mahasiswi jurusan Matematika UI. Bulan Agustus ia akan berangkat ke Korea Selatan dalam rangka mempresentasikan karya ilmiahnya. Tentu saya senang dan tak lupa menyelamati keberhasilannya itu.

Seminggu yang lalu lagi-lagi saya mendapat kabar gembira untuk kita semua. Dan kali ini juga bukan tentang ekstrak kulit sunat. Teman saya yang lain mendapat visa kerja ke Amerika Serikat pada bulan September. Selanjutnya, kabar-kabar gembira lain semakin menyeruak bagai jamur di musim penghujan. Teman-teman saya ternyata sudah pada pergi ke Australia, New Zealand, dan bahkan Inggris. Sedangkan saya... masih di Bandung saja.

Ada satu hal yang saya sembunyikan dari mereka: iri. Iri, menurut KBBI adalah perasaan kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dsb.); cemburu; sirik; dengki. Semua orang pasti pernah bertemu perasaan ini, tak terkecuali si penulis.

Penyakit ini menggerogoti hati saya belakangan ini. Saya merasa tidak kalah pintar dengan teman-teman saya, kenapa malah mereka yang bisa? Andai saja saya yang berada di tempatnya, atau kalau saja saya tidak tahu akan kabar gembira itu. Andai saja dulu fokus mencari beasiswa luar negeri. Makin lama makin menjadi-jadi dan akhirnya membuat saya tertekan sendiri. Jadi frustasi.  Puncaknya, iri sekarang berganti dengki; perasaan benci yang sangat terhadap kenikmatan orang lain.


Apa yang salah dengan diri saya? 


Kufur nikmat
Ada pepatah arab yang berkata, "Tidak seorang pun menjadi kaya karena iri hati.". Mungkin saya terlalu banyak melihat ke atas sehingga lupa bahwa saya sendiri sudah berkecukupan. Saya masih diberi kenikmatan atas lima perkara. Dan selama saya memilikinya, masa depan masih bisa diwarnai sesuka saya, semau saya. Mungkin nanti sore saya akan lari 5 kilometer agar pikiran saya bisa sedikit jernih. Kemudian lanjut sholat dan baca Qur'an. Mengerjakan game dekstop yang terbengkalai bisa jadi opsi lainnya. Saya masih teringat ucapan seorang teman. Rejeki sudah ada yang mengatur, maka dari itu perbanyaklah bersyukur.
Read more ...

Kesehatan Prajurit Tak Kalah Krusial, Kapten!



Bagi saya kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Dengan sehat kita bisa melakukan berbagai macam hal dengan baik dan lebih menyenangkan. Tapi kesehatan kadang diganggu oleh beragam penyakit yang siap sedia menyerang tanpa pandang bulu. Dari beragam penyakit yang ada, penyakit internal organlah yang paling berbahaya, karena tidak kasat mata. 

Sudah dua tahun terakhir ini saya merasa ada yang tidak beres dengan organ internal saya. Ada rasa sakit ketika saya berlari ataupun bersepeda. Saya berinisiatif berhenti berlari dan melaporkan keadaan pada orang tua. Tapi yang jadi masalah adalah saya selalu dijawab dengan jawaban permisif. Hal ini bukan pertama kali, sudah terjadi dari dulu. "Nanti juga sembuh, ke dokter mahal" katanya. Suatu logika yang sungguh keliru. Andai penyakit ini benar ada, tentu tidak akan sembuh sendiri, malah akan semakin parah! Dan saat itu tiba biaya yang dikeluarkan akan sangat membengkak!

Jika sudah begitu jadinya semua bisa diprediksi. Jual mobil lah, jual rumah lah ,nangis-nangislah. Saya gak habis pikir alasan "gak ada uang". Kemanakah uang ketika kerja? Saya rasa pekerjaan ayah cukup benefit, ditambah lagi dengan fakta keluarga kami gak pernah hidup hedonis, jika dibandingkan dengan teman-temanku; Keluargaku tidak pernah rekreasi, jangankan wisata keluar negeri, ke Bali saja tidak ada yang pernah. Memang kami punya mobil, yaitu Sedan Timor buatan 1997, yang mana lebih sering mogoknya daripada jalannya. Motor? Ada sih walau cuma jupiter buatan 2000, itu juga warisan kakak. Teman SMA sering mencibir motornya, yang memang dibawah rata-rata. Makanan? Tak pernah istimewa, bahkan lebih betah makan di warteg pas ngekos di Jakarta.


Bukannya tidak bersyukur sih, saya bersyukur karena bisa hidup seperti ini karena banyak teman dekat yang hidupnya dibawah saya. Saya sendiri tahu diri dan selalu menghindari membebani orang tua dengan tidak minta yang macam-macam. Motor barulah, laptop barulah, hape barulah. Walau udah lumutan selama masih ada manfaatnya saya gak pernah minta baru kok. And I'm happy with it. Saya bisa menerima masalah material yang terbatas, toh hal itu memang untuk senang-senang saja. Tapi.. come on, ini masalah kesehatan! Saya gak mau hidup dengan rasa was-was akan kematian setiap saat!! Selain itu kesehatan erat dengan pekerjaan saya. Saya gak mau cuma duduk-duduk dibelakang barisan ketika teman-teman saya push-up diatas terik matahari. Bagiku, prajurit seperti itu sangat memalukan, kapten!!!
Read more ...

You Give Love A Bad Name

unconditional love ~proposal daisakusen
An angel's smile is what you sell
You promise me heaven, then put me through hell
Chains of love got a hold on me
When passion's a prison, you can't break free

Shot through the heart, and yours to blame,
Darling you give love a bad name!

~Bon Jovi

Belum lama ini saya sempat berpacaran selama setahun dengan seorang cewe dan tiba-tiba diputusin. After that, we still make a good relationship though. Dan berjanji akan baikan lagi bila sudah bisa kembali saling mengerti. Sempat keluar kata "nunggu dilamar kamu aja " walaupun dalam konteks yang gak terlalu serius.

But now... she got a new BF

Heran. Semudah itukah untuk beranjak ke pacar lain?  I mean, what about the words you  said earlier? and memories we've been trough??? Apa gak ada artinya sama sekali... Ah sudahlah, ini hidupnya bukan hidupku. Tak perlulah saya permasalahkan.

Tapi sekarang muncul pertanyaan; untuk apa ya berpacaran itu? Apa iya karena rasa suka belaka. Kalau begitu, bagaimana dengan teman saya yang pernah pacaran 20 kalian ya, 15 kali, 10 kali.. Is it really because of love? If so, why they easily changed their heart to?

I kinda miss when i love someone because i truly love her. Dan itu adalah masa saya masih SMP. It was my first love.  Sejak itu pula saya menjadi rajin sholat 5 waktu, sampai-sampai sholat sunnah tahajud dll. Setiap selesai tidak lupa  terselip do'a (da emang tujuan awalnya ini) agar ia dijadikan tulang rusuk saya yang telah lama hilang. Di kelas, saya yang suka duduk di kursi sudut belakang jadi punya hobi curi-curi pandang pada dirinya yang selalu duduk didepan. Berharap ia melirik-balik pada saya (yang ketika itu terjadi saya langsung pasang muka songong).

Hmmm.. Saya juga mencoba mendapatkan perhatiannya dengan selalu berusaha bernilai besar, yang ternyata berhasil: satu-satunya murid yang selalu dapat nilai tertinggi di mapel bahasa inggris di tingkat 7-8-9. Saya jadi bisa ngajarin dia pas dia gak ngerti inggris ^_^. Oh iya saya sempat ikutan karate! Walau akhirnya keluar padahal sempat jadi murid favorit Sensei. Tidak sampai disitu, ada kalanya saya sampai diam-diam ngikutin dia dari belakang setelah selesai sekolah alias stalking! Apa daya, itulah risiko mencuri hati seorang hady.

Pada akhirnya kami gak menjalin hubungan apa-apa. Tapi, yang ingin saya sampaikan adalah bahwa rasa seperti itulah yang saya rindukan. Rasa yang bukan monyet-monyetan, cabe-cabean atau apalah itu. Bukan rasa yang cepat datang dan cepat pergi seperti orang-orang kebanyakan. It's not love at all!!

this song is quiet popular in my JHS time. jleb

Whatever. Those memories are long gone. Right now the first woman I give my pure love is 'engaged' with someone else. I have no grudge tho. I thank her for giving me those pure perfect love experience. I dont have grudge with my ex-gf neither. It is her choice to leave or not to leave me. As for me, im looking for a girl not to be my girlfriend anymore, but to be my wife!!

Ada yang mau daftar? Silahkan berdiri di antrian yang tersedia. :-)

nb: inisial si cewe smp RIR.
Read more ...

Carpe Diem



"They're not that different from you, are they? Same haircuts. Full of hormones, just like you. Invincible, just like you feel. The world is their oyster. They believe they're destined for great things, just like many of you, their eyes are full of hope, just like you. Did they wait until it was too late to make from their lives even one iota of what they were capable? Because, you see gentlemen, these boys are now fertilizing daffodils. But if you listen real close, you can hear them whisper their legacy to you. Go on, lean in. Listen, you hear it? - - Carpe - - hear it? - - Carpe, carpe diem, seize the day boys, make your lives extraordinary" ~Dead Poet Society



Read more ...

Hakikat Hidup

Hadist dhaif yang menyimpulkan tulisan ini

Dalam beberapa tahun terakhir saya sering membayangkan betapa kecilnya diri saya. Bukan, ini bukan perasaan rendah diri atau apapun (walaupun efeknya begitu), tapi hal lain. Saya melihat diri sebagai satu dari 7 milliar manusia dibumi ini, yang kebetulan hidup di era 2000-an dari +-6000 tahun sejarah manusia:

Sangat kecil, sangat rapuh.

Jikalau saya mati sekarang, takkan ada arti apa-apa bagi sisa 6,999 milliar lainnya. Mungkin hanya keluarga dan beberapa karibku saja yang meratapi jasadku. Dan bersenandung betapa mereka menyayangkan begitu cepat kepergianku.

Kemudian namaku akan terucap dalam do'a; di kantor saat rekan kerja menerima kabar duka itu, atau saat keluarga dan anak cucuku berziarah ke makam. Tapi selama apa hal itu akan terus berlanjut? 50 tahun dari sekarang, akankah masih ada yang memanggil namaku, dan mendoakanku?

Satu abad dari sekarang semua yang pernah kukenal pun akan masuk di tempat yang sama denganku. Ya, kaupun akan masuk ke dalam sini kawan, kau yang bersenda gurau denganku dulu. Atau kau yang memusuhiku saat aku berhasil. Hanya kau akan lebih tua dariku, mungkin umur 30, 40 atau 70 tahun. Kemudian? Peristiwa yang sama akan kau hadapi, dan satu abad kemudian namamu terlupa oleh dunia.

"Kau berfikir terlalu jauh kawan, terlalu jauh." sautmu. Tapi apakah kau tidak pernah membandingkan ketika nabi Muhammad saw hidup dulu. Tak terpikirkah olehmu para Quraisy pun bersaut yang sama persis denganmu?

Kita sudah terpisah 1400 tahun lamanya dengan masa itu. Masa ini tak pernah terbayang bahkan oleh pikiran terliar mereka. Selama itupun milliaran orang hidup, untuk kemudian mati. Sekarang, dimana mereka semua? Tanah, kawan. Dan nama mereka jauh-jauh hari sudah terlupa, seakan tak pernah hidup di dunia.

Aku, dan kaupun akan bernasib sama.

Yang membedakan adalah aku tak mau mati begitu saja, terlupakan oleh dunia. Banyak nama yang harum namanya setelah ia meninggal. Filsuf-filsuf Yunani, Nietzche, Soekarno, Thomas Alfa Edison, Ibn Battuta. Daftar tersebut akan terus memanjang, dan aku selalu berharap namaku masuk di dalamnya. Caranya? Sederhana. Lihatlah kesamaan mereka: semua berkontribusi pada 'kemanusiaan'. Memanusiakan manusia.

Dengan masa hidup yang singkat ini waktu sangat berharga bagiku. Makanya saya akan memanfaatkan setiap masa hidupku sebaik-baiknya;

Mumpung masih kuat, push-up dan larikan badan ini sebanyak-banyaknya, nanti ketika tua baru membaca koran sambil meneguk kopi hangat di pagi hari.

Mumpung masih muda, pergilah ke setiap tempat dan negara yang ingin dikunjungi, nantinya ketika saya hanya bisa meregang nyawa diatas kasur sembari melihat jendela saja, saya bisa membayangkan tempat-tempat itu dalam mimpi.

Mumpung masih bebas, kejarlah cita-citamu, karena kamu hidup hanya sekali. Jangan hidup berdasarkan ekspektasi orang lain, atau nantinya ketika tua kau akan menyesali masa mudamu.

Dan yang paling ultimate, mumpung masih hidup, sholatlah, sebelum nantinya kau akan disholatkan. :)




***



Penutup, sebuah quote dari satu dari dua manusia bijak idola saya, nabi Muhammad saw (lainnya Siddharta Gautama).

Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata:
“Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)




M. Hady Gunawan, 2 July 2014
Read more ...
Designed By