Post Terbaru
Tampilkan postingan dengan label Vacations. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Vacations. Tampilkan semua postingan

Kulu-Keler ke Gunung Padang


Perjalanan ke gunung Padang bermula dari rasa keingin tahuan saya akan situs megalitikum tersebut yang sempat muncul dalam media massa. Berhubung wisuda mengalami kemunduran hampir 2 minggu lebih maka timbullah rencana untuk melakukan perjalanan ke gunung Padang.

Kebetulan ada teman saya yang sedang giat-giatnya mencari partner untuk traveling, sayapun menyambut gayung. Awalnya teman saya berencana untuk ke Green Canyon atau gunung Bromo, akan tetapi setelah saya pertimbangkan akhirnya rencana dibatalkan. Alasannya pertama green canyon kurang menantang, sedangkan Bromo butuh persiapan yang tidak gampang. Saya pun menawarkan perjalanan ke gunung Padang. Saya bilang bahwa perjalanannya lebih dekat, lebih murah (alasan sebenarnya), dan masih belum diketahui khalayak ramai, akhirnya kamipun mencapai kata sepakat.

Jumat 11 Oktober 2013 

10:30 PM
Seselesai kepelatihan di pusdiklat kami sempatkan untuk mengundang banyak teman untuk ikut serta dalam perjalanan kami. Katanya sih, the more the merrier. Makin banyak orang maka perjalanan akan semakin menyenangkan. Usaha kami terbayar sehingga total 7 orang partner perjalanan. Kami menunggu bus menuju terminal Kampung Rambutan. Sialnya sampai jam 1 malam gak ada bis yang lewat. Dengan berat hati kami membatalkan perjalanan kami dan pulang. Karena gengsi sudah koar-koar ke temen2 kampus kamipun sempat foto bersama dan membuat cerita hoax perjalanan yang sangat menyenangkan. (parah abis lah wkwkwk)
Jangan tertipu senyum palsu, ini poto rekayasa seakan-akan sudah ke gn. padang!
 Sabtu 12  Oktober 2013

4:30 AM
Bangun pagi, sholat subuh dan berdoa untuk kelancaran perjalanan kami. Sekali lagi menuju spot nunggu bis 117 ke Kampung Rambutan. Jam 6:00 AM barulah muncul bis 117 (nunggu 1 jam lebih). Bayar Rp 5000,-. Sesampai di kampung rambutan kami makan-makan di warteg Bahari. Harga normal warteg Jakarta, Rp. 8000,- dapet makanan enak dan mengenyangkan.

6:30 AM
Kami berangkat menuju Jebrot, Cianjur dengan menaiki bis Harapan Bunda (lupa namanya).

9:50 AM
Sampai di terminal Jebrot, disini sempat tanya-tanya sama petugas dishub. Sarannya kami naik angkot merah dulu ke pertigaan, dari sana baru carter kendaraan lagi. Tapi kami langsung carter angkot di terminal. Waktu itu supirnya langsung patok harga Rp 200.000,-. Dibawah segitu supirnya gak mau. Mungkin sudah harga ‘normal’ yang dipatok untuk para tourist yang berkunjung ke gunung Padang? Karena kami berenam maka 200.000 : 6 = Rp 33.000,-

11:22 AM
Sampai di stasiun kereta Lampegan, ada warungnya. Kami habiskan baterai kamera dengan foto-foto di stasiun kereta yang berdiri sejak 1882 dan berhenti beroperasi 2001. Sempat bertemu 2 turis mbak-mbak manis, satu dengan ramput pendek bertopi koboy, kacamata hitam, kamera DSLR tergantung di leher, dan pakaian ‘pelangi’ yang agak kedodoran dipakai dibadannya. Sedang satu lagi wanita mid-30 dengan pakaian hitam. Dari gaya bicaranya mungkin pegawai kantoran dari Jakarta yang sedang menikmati liburan. Saya menanyakan jiwa petualang mereka karena mereka membawa tour guide dari Jakarta. Di warung sempat beli-beli snack, harganya normal, selain itu warganya sangat ramah. Satu hal yang tidak saya temukan di Jakarta.

12:06 PM 
Sampai di depan welcome sign gunung padang! Disini terdapat tempat parkir untuk  pengunjung. Saat saya datang terdapat sekitar 10 angkot berwarna biru terparkir, entah angkot apa. Mungkin angkot khusus yang baru diadakan oleh pemerintah untuk menuju ke situs? Dari titik ini kendaraan kami tidak boleh naik keatas, sehingga terpaksa kami melakukan pendakian. Dikiri kanan banyak perumahan warga, juga musholla. Di tengah jalan terdapat warung-warung yang menjual snack dan makanan berat. Dari info rekan traveler harga makanan disini sudah overrated layaknya tourist sites lainnya. Untuk membuktikan saya sempatkan membeli snack disana dan ternyata harganya normal seperti layaknya di Jakarta. Wow!
Roti Rp1000,-
Richeese Rp500,-
Mie Ayam Rp6000,-
Nasi Warteg Rp 8000,-
Karedok Rp6000,- (reccomended :-9)
Iket (tutup kepala urang Sunda) Rp25000,- (ini yang bikin mahal ^^)
Perjalanan dari welcome sign gunung Padang ke site lumayan mendaki, tapi bisa dicapai sekitar 10 menitan saja. Sampai di depan gunung Padang kita harus bayar retribusi sebesar Rp 2000,- untuk turis lokal dan Rp 5000,- untuk turis asing. Ada dua jalan menuju puncak, sebelah kiri untuk jalur mendaki menanjak dengan tangga batu yang tersusun sedangkan sebelah kanan melalui jalur landai yang sudah disemen. Di jalur mendaki sebelah kiri terdapat mata air yang dipakai untuk mensucikan diri oleh penduduk sekitar yang ingin menuju puncak. Tapi buat turis tidak diwajibkan kok. Hanya butuh waktu 10 menit untuk mencapai puncak gunung Padang. Perjalanan kami terbayar dengan hamparan bangunan megalitikum yang tersusun sangat rapi. Ada 5 punden berundak dengan puncaknya terdapat altar.
03:47 PM
Turun dari gunung Padang. Setelah menikmati pemandangan gunung Padang dan menjadi saksi betapa tingginya peradaban leluhur Indonesia dimasa lampau kami memutuskan untuk pulang mengendarai angkot carteran, menuju kota Cianjur!

05:10 PM
Sampai di Cianjur, menuju Jakarta.

08:50 PM
Tiba di pemberhentian terakhir, terminal Kampung Rambutan.
Read more ...

Bandung: Dulu dan Sekarang

Entah udah berapa lama gue gak nulis di blog ini. Gak ada waktu,  alasan yang paling sesuai dengan situasi gue saat ini (padahal emang lagi males). Juni-Juli bulan yang penuh rutinitas baru yang sangat sibuk, yaitu Praktik Kerja Lapangan. Bangun pagi-pagi sekali buat berangkat ke kantor yang jaraknya lumayan jauh (Kabupaten Bandung-Gede Bage), kerja lembur pontang-panting selama di kantor (dengan asumsi main game dianggap kerja), pulang jam 5 sore, kadang jam 6 untuk kemudian disambut dengan kemacetan meriah di sepanjang jalan pulang ke rumah!! *SFX: petir*.

Kantor dimana penulis mengalami masa PKL 
Konspirasi kemacetan selama di Bandung bikin gue gak habis pikir. Baik kota maupun kabupatennya terkena imbasnya. Malah mungkin lebih parah di kabupaten daripada di kota. Beberapa titik di Kab. Bandung tuh macetnya ‘infinity and beyond’ alias hampir gak pernah gak macet. Siapa sih gak kenal landmark Kab. Bandung, Jln. Kopo Sayati?

Kopo Sayati: landmark internasional distrik elit Kabupaten Bandung
wisata arung jeram, hanya tersedia saat musim hujan melanda
meanwhile, tepat diseberang MALL kopo


jeger jalanan kopo
Tahukah kamu? Jika ada orang dari Kopo (Kab. Bandung) mau ke kota, setengah jam pertama perjalanan akan habis di Jln. Kopo Sayati (+- 1 km). Setengah jam yang sia-sia karena kakek2 dari Hong Kong aja bisa lari 1 kilometer 4:30 menit! Padahal kalau penulis flahsback ke masa kecil (penulis punya masa kecil) jalanan Kopo Sayati gak semacet sekarang. Kendaraan masih bisa diitung jari orang sekampung. Mau naik angkot? Siap-siap rebutan sama penumpang lain. Kalau udah kepepet telat sekolah seringkali ada penangkel (sunda: suatu kegiatan berdiri dipintu angkot dengan kesempatan untuk turun diam2 tanpa bayar ke supir). Karenanya jiwa-jiwa kenet gue udah terlatih dari sejak SD. Hal itu masih berlanjut hingga SMP kelas 1. 

murid SD nunggu angkot (kok ada yang aneh sama potonya :|)
kernet (bukan penulis)
Pemerintah sekarang kesannya gak serius ngurusin masalah kemacetan. Malah sang walikota Dada Rosada pernah bilang begini (dengan bangga): "Kemacetan itu sekarang sudah jadi icon Bandung. Menariknya Bandung, daya tarik Bandung adalah macetnya,".
sumber: DetikNews

Mr. Chest, Bandung Mayor
reaksi saya
reaksi ikan hiu
Katanya sih dari macet Bandung dapet duit banyak dari sektor wisata. Mau itu wisata belanja atau wisata kuliner. Tapi bukan berarti ngorbanin kesejahteraan warga Bandung. 

money money and money
Sebenernya udah ada beberapa solusi dari pemerintah buat ngurangin macet di Bandung ini. Tapi ya itu, mental “daya-tarik-Bandung-adalah-macetnya” hasilnya gak maksimal. Tau Trans Metro Bandung (TMB)? TMB itu sejenis Trans Jakarta-nya Bandung, niat awalnya biar bisa ngurangin kemacetan tapi cuma jadi proyek SUGDW (Super Ultra Great Delicious Wonderful) gagal dari Pemerintah Daerah. 

TMB, kentut surga solusi kemacetan bandung
Kondisi haltenya naas, tragis dan prihatin (oke terkesan lebay, but it is 29 my fact!). Selama hidup di Bandung malah hampir gak pernah liat bis TMB lewat, jadi semacam bis mitos gitu. Ada haltenya (walau sulit dikenali), tapi bisnya gak ada alias ghoib. 

bus hantu
ini halte
ini halte
Untungnya pas PKL kemarin gue nemuin tu si bis ghoib. Warnanya biru, bisnya kecil dibanding Trans Jakarta, terus nurun/naikin penumpangnya gak di halte, melainkan di tengah jalan layaknya bis biasa. Terus buat apa haltenya? Jangan tanya gue, tanya sama rumput yang bergoyang. 

bis ghoib
bis ghoib
rumput lagi dangdutan
Gatau di dalem ada AC atau enggak, kalau gak ada ya APA BEDANYA AMA METRO MINI?!
gue lagi, gue lagi
Jalanan kota Bandung itu kecil-kecil dan sempit-sempit, sedangkan jumlah kendaraan motor makin lama makin banyak. Angkot yang suka ngetem dikandangin aja udah, bikin transportasi masal yang kayak commuter line, atau monorail sekalian. TMB gak usah diterusin, jalanan Bandung kecil-kecil, gak muat buat bikin jalur busway tersendiri. Yang ada malah bis TMB ikut partisipasi jadi biang macet. Udah waktunya Bandung bikin transportasi masal yang mumpuni.
jalan sempit
Sekian keluh kesah seorang warga Bandung yang sudah muak dengan kemacetan Bandung kota dan kabupaten. Semoga pemerintah kota Bandung bisa lebih peka terhadap warganya yang mencintai kota Bandung dengan segala kekurangannya.
Read more ...

Destinasi Wisata BKT, Jalur Khusus Sepeda Jakarta

Yak. Siapa warga Jakarta yang tidak mengenal Banjir Kanal Timur atau BKT? BKT merupakan kanal yang membentang sepanjang sungai Ciliwung. Letaknya berada di selatan kota Jakarta yang mengalir ke utara. Hal yang menarik adalah dialihkannya wilayah kosong di pinggir BKT sebagai jalan khusus sepeda dan pejalan kaki. Adanya bermacam fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, dan perumahan, BKT menjadi tempat yang sangat nyaman bagi warga Jakarta.

Beberapa poto dibawah ini sempat saya tangkap sebagai gambaran BKT:

Jalur BKT, mulus layaknya landasan pesawat terbang :D. Kalau di hari minggu pagi di kiri-kanan jalan terdapat warga dengan beragam jenisnya. Ada geng goweser Duren Sawit (sayang orang tua semua, jadi segan gabung), joggers, keluarga lagi jalan santai, smpai pedagang makanan.


Banyak tempat peristirahatan untuk warga yang ingin meluangkan waktunya dipinggir BKT.
Batu kerikil untuk relaksasi kaki yang pegal. Tempatnya random, tapi mudah terlihat karena tekstur batu yang eye-catching. Kalau ini saya belum pernah mencoba, tapi kata teman batunya tajam-tajam (masih penasaran kaki teman saya berlobang atau gimana) :D
tempat sampah. udah gak usah tak jelasin ya. wes jelas tenan!
Sepeda saya si Ami
logo khusus sepeda tapi ada motornya
 Keindahan BKT ini tercoreng dengan banyaknya pengendara bermotor yang tidak bertanggung jawab. Banyak motor, terutama di sore hari yang memasuki jalur khusus sepeda ini. Cukup berbahaya mengingat banyak anak kecil dan pesepedah yang berlalu lalang disekitar jalur BKT. Pemerintah harus nya bbertindak tegas dalam menerapkan aturan bagi pengendara bersepeda motor, karena bila lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan yang membuat jalur BKT kehilangan nilainya.
Read more ...
Designed By