Post Terbaru

Pengalaman di Kelas Public Speaking Daffodils [1]


‘Wassup guys?

Lama rasanya semenjak kali terakhir saya menulis di blog ini. Terkadang sempat terpikirkan untuk mengetik satu dua kata untuk mengisi halaman blog yang kosong. Akan tetapi semua hanya ada dalam angan-angan belaka hingga sekarang. Banyak hal baru yang ingin gue tuangkan di kesempatan ini tapi saya hanya akan menuliskan beberapa saja. Diantaranya yang paling mengesankan adalah bahwa saya baru saja masuk kelas public speaking Daffodils! :D

Loh, tunggu dulu gan, kok tiba-tiba ada Daffodils.. Apa itu? Trus public speaking apa lagi? Trus kenapa saya baca tulisan ini? Trus kenapa penulisnya ganteng? nah itu dia mari saya jelaskan secara ringkas.

  • Saat ini saya  sedang berada di Kampung Inggris Pare dan sedang belajar untuk menguasai bahasa inggris dengan fluently.
  • Daffodils itu salah satu institusi kursus di Kampung Inggris Pare dan berdasarkan pengalaman dan juga rekomendasi teman-teman serta tutor-tutor dari kursus lain merupakan institusi kursus yang harum namanya di Kampung Inggris Pare.
  • Public Speaking adalah merupakan seni berbicara didepan sekelompok orang dengan efisien dan efektif.
You got it my friend? Great, excellent. Next! Apasih yang bikin gue sampai bikin post tersendiri tentang hal ini? Well, mungkin karena kelasnya. Sampai saat ini, saya sudah merasakan berbagai tempat kursus di Pare diantaranya Mr. Bob, Global English, Survivor dan Peace. You know what? Pada dasarnya gak ada satupun suasana tempat kursus yang sama benar. Selain karena emang cara mengajar yang berlainan, juga infrastruktur, tutor-tutor dan bahkan murid-muridnya yang selalu dynamist tiap 2 minggu ganti.

Di Daffodils misalkan, tutornya ngajar secara formal dan menghindari kata-kata yang berkonotasi negatif kayak fuck, shit, damn etc. Lain halnya di Mr. Bob dan Survivor yang mana cukup bebas dalam mengekspresikan diri. Di Mr. Bob dan (sebagian) Peace ruangan belajar terbuat dari anyaman bambu dan muridnya duduk bersila, sedangkan di Daffodils, Survivor dan Global English memakai bangunan yang terbuat dari bata. Khusus untuk Global English kelasnya bahkan ada dimana-mana loh. Hampir di tiap sudut Kampung Inggris dapat ditemukan kelasnya.

Nah yang membuat saya merasa kerasan dengan kelas di Daffodils yaitu masuknya membutuhkan perjuangan. Setiap murid yang ingin masuk ke kelas public speaking diwajibkan untuk melalui test dahulu. Dan testnya gak main-main, bukan karena sulitnya (karena sudah belajar sebulan di kursusan lain), tapi karena semua competitor saya sudah punya basic dan skill yang mumpuni. Coba bayangkan ada yang dosen dua orang, penerima beasiswa, mahasiswa pengabdi Indonesia Mengajar, sampai (ex-) duta besar pariwisata Indonesia! Lah saya? Terakhir kali mengharumkan nama saya tuh pas SD kelas 5, dan sebatas perayaan 17 Agustusan balap kelereng antar kelas. That’s it, men! (o_o) [!!!].

Permasalahannya adalah kuota siswanya dibatasi hanya sekitar 16-17 siswa saja. Sedangkan kami semua berjumlah 24 orang, yang berarti 7 orang harus angkat koper hari itu juga (!).Untung semenjak saya masuk kuliah di salah satu sekolah tinggi (yang dengar2 masuknya susah) saya udah punya mental gak akan kalah sebelum berperang.

26 Desember 2013, hari ujian masuk dimulai. Saya bersama 2 teman gue dari Mr. Bob Camp menjalani test masuk. Just like I expected, everybody speak english fluently and without showing any hesitation! Setelah semua presentasi di depan para competitor tiba waktu dimana 7 orang disebutkan namanya untuk angkat koper dari kelas ini, selamanya.

Udah terbayang dalam pikiran saya bahwa public speaking gusaya e yang kikuk gak bakalan dimasukkan dalam team 17 orang pilihan pembaca. Udah siap-siap packing tas, buku dan alat tulis sudah dimasukkan semua. Tiba-tiba di saat-saat terakhir ada 3 orang yang resign sebelum diumumkan oleh Tutornya. Sebenarnya sedih sih tapi ya senang juga karena competitornya berkurang, walaupun tetap saja saya gak dijamin 100% diterima. Satu persatu nama diumumkan dan keluar dari ruangan dengan kepala menunduk... Biasa aja sebenarnya, kami kenalpun tidak.

Tapi yang paling gak enak itu pas satu kompatriot kami gugur. Padahal saya cukup yakin dengan kemampuan bahasanya yang baik dan lancar, malah bisa dibilang dalam beberapa aspek lebih baik dari saya. Setelah kelas selesai saya sempet mempertanyakan hal ini sama tutornya, walaupun gak mendapat jawaban yang memuaskan. Mungkin teman kami dikasih jalan lain sama YMK. Hingga orang ke 4 yang dipanggil nama saya dan si kawan satu lagi gak tersebut didalamnya. So, we got accepted! Dan kami tergabung dalam angkatan 69. Uwow 69 gilaaa.. bikin terbayang sesuatu.. (yin dan yang) :-D

Hari ini tanggal 30 Desember 2013 merupakan pertemuan ketiga kami dalam kelas Public Speaking Daffodils 69. Dan malam ini gue sedang membuat public speaking untuk pertemuan selanjutnya keesokan paginya. Hope it turn out well, catch you later guys!

Read more ...

Kulu-Keler ke Gunung Padang


Perjalanan ke gunung Padang bermula dari rasa keingin tahuan saya akan situs megalitikum tersebut yang sempat muncul dalam media massa. Berhubung wisuda mengalami kemunduran hampir 2 minggu lebih maka timbullah rencana untuk melakukan perjalanan ke gunung Padang.

Kebetulan ada teman saya yang sedang giat-giatnya mencari partner untuk traveling, sayapun menyambut gayung. Awalnya teman saya berencana untuk ke Green Canyon atau gunung Bromo, akan tetapi setelah saya pertimbangkan akhirnya rencana dibatalkan. Alasannya pertama green canyon kurang menantang, sedangkan Bromo butuh persiapan yang tidak gampang. Saya pun menawarkan perjalanan ke gunung Padang. Saya bilang bahwa perjalanannya lebih dekat, lebih murah (alasan sebenarnya), dan masih belum diketahui khalayak ramai, akhirnya kamipun mencapai kata sepakat.

Jumat 11 Oktober 2013 

10:30 PM
Seselesai kepelatihan di pusdiklat kami sempatkan untuk mengundang banyak teman untuk ikut serta dalam perjalanan kami. Katanya sih, the more the merrier. Makin banyak orang maka perjalanan akan semakin menyenangkan. Usaha kami terbayar sehingga total 7 orang partner perjalanan. Kami menunggu bus menuju terminal Kampung Rambutan. Sialnya sampai jam 1 malam gak ada bis yang lewat. Dengan berat hati kami membatalkan perjalanan kami dan pulang. Karena gengsi sudah koar-koar ke temen2 kampus kamipun sempat foto bersama dan membuat cerita hoax perjalanan yang sangat menyenangkan. (parah abis lah wkwkwk)
Jangan tertipu senyum palsu, ini poto rekayasa seakan-akan sudah ke gn. padang!
 Sabtu 12  Oktober 2013

4:30 AM
Bangun pagi, sholat subuh dan berdoa untuk kelancaran perjalanan kami. Sekali lagi menuju spot nunggu bis 117 ke Kampung Rambutan. Jam 6:00 AM barulah muncul bis 117 (nunggu 1 jam lebih). Bayar Rp 5000,-. Sesampai di kampung rambutan kami makan-makan di warteg Bahari. Harga normal warteg Jakarta, Rp. 8000,- dapet makanan enak dan mengenyangkan.

6:30 AM
Kami berangkat menuju Jebrot, Cianjur dengan menaiki bis Harapan Bunda (lupa namanya).

9:50 AM
Sampai di terminal Jebrot, disini sempat tanya-tanya sama petugas dishub. Sarannya kami naik angkot merah dulu ke pertigaan, dari sana baru carter kendaraan lagi. Tapi kami langsung carter angkot di terminal. Waktu itu supirnya langsung patok harga Rp 200.000,-. Dibawah segitu supirnya gak mau. Mungkin sudah harga ‘normal’ yang dipatok untuk para tourist yang berkunjung ke gunung Padang? Karena kami berenam maka 200.000 : 6 = Rp 33.000,-

11:22 AM
Sampai di stasiun kereta Lampegan, ada warungnya. Kami habiskan baterai kamera dengan foto-foto di stasiun kereta yang berdiri sejak 1882 dan berhenti beroperasi 2001. Sempat bertemu 2 turis mbak-mbak manis, satu dengan ramput pendek bertopi koboy, kacamata hitam, kamera DSLR tergantung di leher, dan pakaian ‘pelangi’ yang agak kedodoran dipakai dibadannya. Sedang satu lagi wanita mid-30 dengan pakaian hitam. Dari gaya bicaranya mungkin pegawai kantoran dari Jakarta yang sedang menikmati liburan. Saya menanyakan jiwa petualang mereka karena mereka membawa tour guide dari Jakarta. Di warung sempat beli-beli snack, harganya normal, selain itu warganya sangat ramah. Satu hal yang tidak saya temukan di Jakarta.

12:06 PM 
Sampai di depan welcome sign gunung padang! Disini terdapat tempat parkir untuk  pengunjung. Saat saya datang terdapat sekitar 10 angkot berwarna biru terparkir, entah angkot apa. Mungkin angkot khusus yang baru diadakan oleh pemerintah untuk menuju ke situs? Dari titik ini kendaraan kami tidak boleh naik keatas, sehingga terpaksa kami melakukan pendakian. Dikiri kanan banyak perumahan warga, juga musholla. Di tengah jalan terdapat warung-warung yang menjual snack dan makanan berat. Dari info rekan traveler harga makanan disini sudah overrated layaknya tourist sites lainnya. Untuk membuktikan saya sempatkan membeli snack disana dan ternyata harganya normal seperti layaknya di Jakarta. Wow!
Roti Rp1000,-
Richeese Rp500,-
Mie Ayam Rp6000,-
Nasi Warteg Rp 8000,-
Karedok Rp6000,- (reccomended :-9)
Iket (tutup kepala urang Sunda) Rp25000,- (ini yang bikin mahal ^^)
Perjalanan dari welcome sign gunung Padang ke site lumayan mendaki, tapi bisa dicapai sekitar 10 menitan saja. Sampai di depan gunung Padang kita harus bayar retribusi sebesar Rp 2000,- untuk turis lokal dan Rp 5000,- untuk turis asing. Ada dua jalan menuju puncak, sebelah kiri untuk jalur mendaki menanjak dengan tangga batu yang tersusun sedangkan sebelah kanan melalui jalur landai yang sudah disemen. Di jalur mendaki sebelah kiri terdapat mata air yang dipakai untuk mensucikan diri oleh penduduk sekitar yang ingin menuju puncak. Tapi buat turis tidak diwajibkan kok. Hanya butuh waktu 10 menit untuk mencapai puncak gunung Padang. Perjalanan kami terbayar dengan hamparan bangunan megalitikum yang tersusun sangat rapi. Ada 5 punden berundak dengan puncaknya terdapat altar.
03:47 PM
Turun dari gunung Padang. Setelah menikmati pemandangan gunung Padang dan menjadi saksi betapa tingginya peradaban leluhur Indonesia dimasa lampau kami memutuskan untuk pulang mengendarai angkot carteran, menuju kota Cianjur!

05:10 PM
Sampai di Cianjur, menuju Jakarta.

08:50 PM
Tiba di pemberhentian terakhir, terminal Kampung Rambutan.
Read more ...

Bandung: Dulu dan Sekarang

Entah udah berapa lama gue gak nulis di blog ini. Gak ada waktu,  alasan yang paling sesuai dengan situasi gue saat ini (padahal emang lagi males). Juni-Juli bulan yang penuh rutinitas baru yang sangat sibuk, yaitu Praktik Kerja Lapangan. Bangun pagi-pagi sekali buat berangkat ke kantor yang jaraknya lumayan jauh (Kabupaten Bandung-Gede Bage), kerja lembur pontang-panting selama di kantor (dengan asumsi main game dianggap kerja), pulang jam 5 sore, kadang jam 6 untuk kemudian disambut dengan kemacetan meriah di sepanjang jalan pulang ke rumah!! *SFX: petir*.

Kantor dimana penulis mengalami masa PKL 
Konspirasi kemacetan selama di Bandung bikin gue gak habis pikir. Baik kota maupun kabupatennya terkena imbasnya. Malah mungkin lebih parah di kabupaten daripada di kota. Beberapa titik di Kab. Bandung tuh macetnya ‘infinity and beyond’ alias hampir gak pernah gak macet. Siapa sih gak kenal landmark Kab. Bandung, Jln. Kopo Sayati?

Kopo Sayati: landmark internasional distrik elit Kabupaten Bandung
wisata arung jeram, hanya tersedia saat musim hujan melanda
meanwhile, tepat diseberang MALL kopo


jeger jalanan kopo
Tahukah kamu? Jika ada orang dari Kopo (Kab. Bandung) mau ke kota, setengah jam pertama perjalanan akan habis di Jln. Kopo Sayati (+- 1 km). Setengah jam yang sia-sia karena kakek2 dari Hong Kong aja bisa lari 1 kilometer 4:30 menit! Padahal kalau penulis flahsback ke masa kecil (penulis punya masa kecil) jalanan Kopo Sayati gak semacet sekarang. Kendaraan masih bisa diitung jari orang sekampung. Mau naik angkot? Siap-siap rebutan sama penumpang lain. Kalau udah kepepet telat sekolah seringkali ada penangkel (sunda: suatu kegiatan berdiri dipintu angkot dengan kesempatan untuk turun diam2 tanpa bayar ke supir). Karenanya jiwa-jiwa kenet gue udah terlatih dari sejak SD. Hal itu masih berlanjut hingga SMP kelas 1. 

murid SD nunggu angkot (kok ada yang aneh sama potonya :|)
kernet (bukan penulis)
Pemerintah sekarang kesannya gak serius ngurusin masalah kemacetan. Malah sang walikota Dada Rosada pernah bilang begini (dengan bangga): "Kemacetan itu sekarang sudah jadi icon Bandung. Menariknya Bandung, daya tarik Bandung adalah macetnya,".
sumber: DetikNews

Mr. Chest, Bandung Mayor
reaksi saya
reaksi ikan hiu
Katanya sih dari macet Bandung dapet duit banyak dari sektor wisata. Mau itu wisata belanja atau wisata kuliner. Tapi bukan berarti ngorbanin kesejahteraan warga Bandung. 

money money and money
Sebenernya udah ada beberapa solusi dari pemerintah buat ngurangin macet di Bandung ini. Tapi ya itu, mental “daya-tarik-Bandung-adalah-macetnya” hasilnya gak maksimal. Tau Trans Metro Bandung (TMB)? TMB itu sejenis Trans Jakarta-nya Bandung, niat awalnya biar bisa ngurangin kemacetan tapi cuma jadi proyek SUGDW (Super Ultra Great Delicious Wonderful) gagal dari Pemerintah Daerah. 

TMB, kentut surga solusi kemacetan bandung
Kondisi haltenya naas, tragis dan prihatin (oke terkesan lebay, but it is 29 my fact!). Selama hidup di Bandung malah hampir gak pernah liat bis TMB lewat, jadi semacam bis mitos gitu. Ada haltenya (walau sulit dikenali), tapi bisnya gak ada alias ghoib. 

bus hantu
ini halte
ini halte
Untungnya pas PKL kemarin gue nemuin tu si bis ghoib. Warnanya biru, bisnya kecil dibanding Trans Jakarta, terus nurun/naikin penumpangnya gak di halte, melainkan di tengah jalan layaknya bis biasa. Terus buat apa haltenya? Jangan tanya gue, tanya sama rumput yang bergoyang. 

bis ghoib
bis ghoib
rumput lagi dangdutan
Gatau di dalem ada AC atau enggak, kalau gak ada ya APA BEDANYA AMA METRO MINI?!
gue lagi, gue lagi
Jalanan kota Bandung itu kecil-kecil dan sempit-sempit, sedangkan jumlah kendaraan motor makin lama makin banyak. Angkot yang suka ngetem dikandangin aja udah, bikin transportasi masal yang kayak commuter line, atau monorail sekalian. TMB gak usah diterusin, jalanan Bandung kecil-kecil, gak muat buat bikin jalur busway tersendiri. Yang ada malah bis TMB ikut partisipasi jadi biang macet. Udah waktunya Bandung bikin transportasi masal yang mumpuni.
jalan sempit
Sekian keluh kesah seorang warga Bandung yang sudah muak dengan kemacetan Bandung kota dan kabupaten. Semoga pemerintah kota Bandung bisa lebih peka terhadap warganya yang mencintai kota Bandung dengan segala kekurangannya.
Read more ...

Jakarta International 10k 2013

Pertama kalinya ikut lomba lari dapet sertifikat! YEAY!
Sertifikat
Read more ...

A Farmer and A Calf

The story started when a calf, tied in a rope that bounded his neck. We all know that the rope function is to make the calf unable to move away. But does he now it? For a calf that born and raised in a farm, the rope is his reality. He never knew that he is locked in his tiny reality. What he see as freedom, is a lock. What he see as a lock, is a freedom.

That phenomena is unavoided for him. Even thought he knew the old farmer is bringing him to the slaughter house, he can’t do a thing. He taught that he born to be slaughtered. Like all the animal he ever know in the farm. Chickens, sheeps, cows, you name it. At least that what he taught at the moment.

While waiting the slaughters, he look at the blue sky. Suddenly his eyes locked to something in the sky. Coloured dark and winged. Flew freely. It is the first time he saw swallow and, after he look closely, there something abnormal about that bird. “The bird is untied!!” shout him. “i’m really sorry for him. He won’t live long. Who will give him food, water, or stable?”.”Oh God how i am really blessful to be live in a rope”, said him.

The old farmer realize that the calf is looking at the swallow. With nasty face he kick the calf –something that he always do- and said “what are you doing calf! Are you thinking about your destiny?”. He yell “The swallow born in this earth to be free, he proudly open his wings up and fly in the sky”. 
He silence for a while. “While you here, is just a joke. Who told you to become a calf in the first place?”, close the old farmer.

Suddenly the calf realize what really happening to him all this time. He is locked in the cell of his own mind. The calf fight to make him free, but really, time is way too late. The rope is too strong to be cut. The more power he use, the stronger the rope bond his neck. While he resisting, a bright light shining in the right side of his face. A cold blade touch his fur. His mournful eyes slowly changed to empty. Eyes full of regret.

A calf always bound and slaughtered, without knowing the reason why. But whoever treasures freedom, he must learn to fly. 

-based on a song of Joan baez-

-7 April 2012
Read more ...

Lomba Lari yang Friendly dengan Anak Kos


Kali ini lagi-lagi lomba lari yang diadain oleh Bank, tepatnya Mandiri. Awalnya gw sempat berpikir bahwa racenya layaknya event race sebelumnya. Pemanasan dikit, pasang pose keren di garis start, lari sampe cakep, lewatin garis finish, clingukan nyari minum dan pulang dengan rasa puas. Tetapi event larinya gak sekedar event lari biasa. Why?

Dengan biaya pendaftaran hanya 50 ribu (diskon 50% dari harga asal heheu) pakai kartu Bank Mandiri yang gw dapet:

1. Lomba Lari 10k ^^ (namanya juga lomba lari)



2. Jersey Joma 

Kalo g salah apparel papan atas Spanyol yang lagi gencar ekspansi di Indonesia. Coba lihat deh pertandingan sepak bola pasti ada joma di jersey Valencia, Getafe, Fiorentina, Sriwijaya FC, PBR, PSPS, Gresik dan Persepam. Ckck keren deh)

3. Gelang e-money

Awalnya gak ngeh kenapa hadiahnya cuma gelang doang, eh ternyata bukan gelang biasa tapi RUARRRR biasa. Gelang e-money ini sama kayak kartu BRIZZ nya BRI, e-money-nya Mandiri, JAKcard-nya TJ. Dan di event inilah gelang ini debut untuk publik! Pertama di pakai di TransJakarta petugasnya sampe melongo. Akhirnya abis dijelasin baru dia ngerti. :D

4. Top up gelang e-money

Gelangnya itu kalo beli di bank harganya 50 ribu dan GA ADA SALDONYA. Tapi karena event ini merupakan debut gelang e-money maka dikasih bonus saldo 50 ribu juga. 50+50= 100 RIBU :D

5. Isotonik drink Aquaciyus (benelan?miapa?) 4 buah

kallo event lari biasa ngegaet produk Ponari Sweat, disini Aquaciyus. Rasa acemnya aneh, mungkin belum biasa kali ya. Penghujung acara masih nyisa banyak banget stock minumannya, yaudah saya ambil aja yang banyak peduli amat kena marah (naluri anak kos bray :D). Dapet 4 Aquaciyus, buat dipakai pas abis lari kapan-kapan. 4x5rb= 20 ribu, nah loh kan jadi hemat pengeluaran bulanan. :9

6. Pisang Ambon/Cavendish

kualitas ekspor nih, beda banget dengan yg biasa gw makan. Waktu itu karena waktunya mepet sama latihan parkour jadi gak dimakan pisangnya, takut engap pas latiannya. Eh ternyata setelah ngelewatin booth pisang kena godaan lagi. Dan kali ini saya pasrah pada nafsu saya sepenuhnya. Godaan apakah itu?

7. Stand Kuliner di Mandiri Karnaval Nusantara
yup! Seperti yang dibilang diawal post, event Mandiri Run ini terintegrasi dengan event Mandiri Karnaval Nusantara. Apa aja sih acara Karnavalnya? Nah itu gw gak peduli lihat, gw fokus ngelihat stand makanan. Banyak kuliner enak yang murah. Murah buat kantong pegawai bank pastinya. :D *dilempar pegawai bang*. Saya hopeless dong. Yaudah numpang lewat doang.

Eh sambil lewat-lewat stand makanan ada bacaan diskon 50% buat yang ikutan lomba lari. So, akhirnya beli sate padang 20 tusuk :D. Gak lupa beli somay 2 porsi buat dibawa pulang hehe. HUFT! Kenyang dan puas. Setelah party-party (sok iye banget lu had) ternyata masih sisa uang e-money 17rb. Akhirnya dipakai buat naik TJ.
ngeces
Oh iya selama acara juga di meriahkan oleh kicauan-kicauan dari MC Indra Bekti dan Oki Lukman. Benar-benar acara yang mantap ya, sampai2 MC-nya sekaliber itu. Sembari lesehan dan nyantap makanan yang baru gw pesen, gw sempetin ngobrol sama mas-mas pegawai Mandiri yg ikutan lari. Katanya, ada live performance dari Nidji, Maliq n d’essensial, Yovi & Nuno dan Naif Band! Tapi mereka tampil pas gw masih lari-larian dijalan. Dammit!!

Well, overall race tercakep yang pernah diikutin! (bukan cm kata gw, temen2 yg lain jg bilang begitu). Water station aja ada di tiap 2,5 km. Langka loh ada yang bisa konsisten ngasih water station tepat kayak gitu. Minusnya cuma pengukuran jarak racenya kurang pas, 9.5 kilometer. Dan penampilan bandnya kecepetan. Ya paling gak nunggu saya nyampe garis finish kek! 

Buat Mandiri sering sering adain kayak gini okeh!! Kalo bisa kayak BII Maybank, adain Marathon dan juga Half-Marathon!! :)
Read more ...

12 Menit The Movie


Setelah diundur undur berbulan bulan, Novel 12 Menit Untuk Selamanya  udah keluar di toko buku terdekat, grab it fast! *biar bisa minjem*
Read more ...

Kucing-kucing Pemalas di Rumah





Read more ...

Hantu di Dalam Otakku


Read more ...

10 Kilometer Untuk Selamanya


Salam Olah Raga!! Sungguh suatu hari yang cerah ketika artikel ini saya tulis. Hari ini merupakan hari kedua bagi siswa yang sedang melaksanakan Ujian Nasional. Ah, tiba-tiba terlintas di ingatan akan kenangan di masa SMA tiga tahun lalu... Betapa masa-masa sekolah begitu menyenangkan. Masih terasa canda tawa bersama teman-teman di setiap pergantian kelas  ..hiks..hiks..

..dan CUUUUT!! 

Pembukaannya terlalu melenceng dari topik yang akan saya tulis kali ini bray!!

*tampar pakai duit*

Sekali lagi, salam olahraga!! Belakangan ini saya tertarik mengikuti olah raga tabrak lari. Yak, semua orang tahu olah raga ini, olah raga yang sangat murah dan sangat mudah untuk dilakukan. Setelah 12 bulan aral melintang dalam dunia pelarian, saya memutuskan untuk mengikuti ajang lomba lari pertama, Lippo Mall Kemang 10K Race!

*jeng jeng jeng jeng*
IndoRunners, grup lari di jejaring sosial
 Awal tau race ini berawal dari satu grup jejaring sosial yang sangat populer bagi pelari-pelari lokal. Karena newbie ya cukup nyobain yang jarak pendek aja, 5K (K=Kilometer). Itu setara ngelilingin lapangan bola (400m) 12,25 kali-an lah. Tapi kok rasanya kurang menantang ya (padahal lari 5x di stadiun Bea Cukai udah ngos-ngosan). Jadi saya pilih 10K. Ga tau kenapa dimata saya medali finisher 10K bikin saya lebih kece *_*.

Hari berganti hari, malam berganti malam tibalah suatu fajar dimana akan dilakukan pengambilan jersey lomba+bib (nomor dada)+chip (untuk record waktu). Saya dan Nur Ike Setyowati (nih yung nama kamu aku tulis) memutuskan berangkat pagi-pagi banget. Saking paginya malah panitia belum selesai ngurus perlengkapannya. heheu. Saya mendapatkan jersey+bib+chip. Yang cukup wow, saya mendapat bib nomor 1. Gak penting banget kan? Yang bilang penting siapa.. :D.

chip di sepatu
Tibalah saya di kompleks kosan medioker pinggiran Jakarta. Habis meminjam paksa kunci motor+STNK dari senior di sebelah kamar, saya niatkan untuk tidur cepat, soalnya mau bangun jam 4 pagi. Tapi kenyataan ga seperti yang diharapkan. Sesuai pepatah orang Jawa Barat, easily said than done. Sampai jam 2 malam belum kunjung tidur karena pikiran sudah melayang ke race keesokan harinya. Mulai dari bikin skenario kenalan sama pelari cewek (dengan adegan ga sengaja nabrak terus jatuh ala2 sinetron teenlit geto) sampai pidato bila mendapat juara satu (nah kalo ini kepedean ^^v). Jantung juga udah balap duluan, dag-dig-dug, dag-dig-dug. Damn! Ini yang disebut adrenaline?

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Atlit menantikan lomba dimulai

Semua pelari sudah berdiri di garis start menanti letusan pistol yang menandakan perlombaan dimulai... dan...

DORR!!! BLEDAR..!!! DEREDEDEDET..!!! BUMM..!!! JEGEERR..!!!
(Oke suara aslinya gak kayak gini, tapi sekali lagi ini tulisan gue :D) 

Langsung ngibrit
Pistol meludahkan timah panas seakan memaki keheningan sang fajar. Lomba lari resmi dimulai. Terlintas skema pelarian yang sudah difantasikan semalam suntuk. 

Lari jogging (pemanasan) -> Lari sedang -> Lari ngibrit + aktipin "nitro"

Pada awalnya, 10 pelari melewati saya. Gak masalah, kubilang pada diri sendiri. Stay in your tactics bro. Kemudian 20 pelari.. 30 pelari. Ada kakek-kakek.. nenek-nenek..muda-mudi..anak SMA..anak SMP.. Lama-lama jadi kesel juga. "Bitch please, it's a RACE!" teriak Jiwa kepada Raga. Si Ragapun bereaksi dengan spontan, jogging batal dan berganti lari cepat! Kukejar yang melewatiku tadi. Walau sia-sia, dan berakhir dengan ngos-ngosan di KM 2. Gela masih 8 kilo lagi gan!

Bibit atlit muda Indonesia
Oia, rute larinya ini agak unik, jadi sampai di KM 5 ada titik muter balik yang menuju ke arah garis finish (garis start=garis finish). Ketika saya baru saja menginjakkan kaki KM 4, sudah ada yang lari muter balik. Yang paling pertama tak lain dan tak bukan pelari nasional kelahiran Sumatera Selatan, Jauhari Johan. Sekian detik kemudian ada dua pelari asal Kenya, yang dikejar oleh seorang pelari Nyekerman, alias tanpa sepatu.

Jauhari Johan
Nyekerman
Tanpa terasa garis finish sudah di depan mata. Langkah demi langkah..perlahan tapi pasti garis tersebut mendekati saya, atau sebaliknya..saya yang mendekati garis? Entahlah.. Saya sudah terlalu lelah untuk memikirkannya. Yang terpintas dalam benak adalah mencapai garis finish. 

Sempat sprint sebelum garis finish (da era atuh kapoto ditukangeun ibu2)

Kukencangkan langkahku. Dua-tiga pelari kulewati. Seorang bapak Bollywood berwajah seram, seorang pelari gempal dengan tas dipunggung (belakangan tau namanya: Miftah), dan dua orang wanita paruh baya.."Selangkah lagi! Tinggal selangkah lagi menuju finish!" teriakku pada diri sendiri. Tiba-tiba semua hening. Waktu berjalan sangat lambat. Garis kuning tepat didepanku. Dengan kekuatan terakhir, Kuhentakkan kakiku melewati garis kuning itu. YUP! I'M DONE IT!! My first ever race has done!
wewww
- - - - - - - - - - - -

Sedikit hal menarik yang tertangkap kamera selama pertandingan:
First race, first medal ;D
Kenyan. Si juara kedua.
Sempat ngobrol bentar dengan bahasa inggris terbata-bata.
Siapa bilang lari hanya untuk pria? Look at here! :)
Ehhh.. Ada crew Uya Kuya juga :D


poto bersama pelari nasional Jauhari Johan
Maju terus wong kito galo :D
medali 10K finisher
ada mbak Catwright :O
sempet lihat mbak Raisha juga,
hmm langsung bikin capek ilang :)

Read more ...
Designed By