Post Terbaru

Sriwijaya FC [2]: Dari Sungai Musi Hingga Daratan Asia

Lanjutan dari: Sriwijaya FC di Kasta Indonesia (klik disini) 

Sriwijaya FC juga merupakan salah satu tim yang sering mewakili Indonesia di mancanegara. Memang beberapa berakhir tragis dengan terbantainya tim ini, yang gak saya mengerti, gak cuma sekali, tapi berkali-kali, dan bikin sakit hati. Akan tetapi namanya dunia itu bundar, kadang SFC yang melakukan pembantaian terhadap tim lainnya di Asia. Benarkah? 

Ow yeah. This team also got some ass-kickers, folks! It's a very interesting issue to discuss, so let's take a glimpse about it:

AFC Champions League: 3 penampilan
AFC Cup: 2 penampilan

AFC Champions League 2009: Group Stage
Gamba Osaka vs Sriwijaya FC

Kali pertama tim Sriwijaya FC menginjakkan kakinya di kompetisi tertinggi Asia. Dengan menyambang nama sebagai tim terkuat Indonesia saat itu dengan menyabet semua tropi kompetisi tertinggi Indonesia, Sriwijaya FC digadang-gadang menjadi batu loncatan bagi klub Indonesia yang selalu kesulitan dalam melawan negeri powerhouse Asia.  

Bergabung dengan raksasa Asia seperti FC Seoul (KOR), Shandong Luneng (CHN) dan Gamba Osaka (JPN), perjalanan Sriwijaya FC tidak berjalan mulus. Kekalahan (sengaja diperhalus dari kata pembantaian wkwk) demi kekalahan dihadapi oleh Sriwijaya FC. Dari 6 laga, Sriwijaya FC hanya membukukan satu kali kemenangan melawan Shandong Luneng (4-2) di Jakabaring. Pelipur lara yang sedikit miris mengingat Shandong Luneng hanya memakai tim reservenya karena sudah kalah poin dari Gamba Osaka dan FC Seoul.

Team                        Home    Away
vs FC Seoul                2-4       5-1
vs Shandong Luneng  4-2       5-0
vs Gamba Osaka          0-3       5-0 

AFC Champions League 2010: Qualifying Play-off - East Semi-final

Sriwijaya FC harus menghadapi single match play-off agar bisa berkompetisi di AFC Champions League. Kali ini melawan powerhouse S-League, Singapore Armed Force FC. Skor akhir 3-0 untuk Singapore Armed Force FC. Walau berakhir dengan kekalahan, Sriwijaya FC tetap bisa berkompetisi di AFC Cup, kasta kedua setelah AFC Champions League. Suatu hal yang menguntungkan bila mengingat Sriwijaya FC lebih bicara banyak disana.

AFC Cup 2010: Babak 16 besar
Teerasil Dangda, Thailand international

Satu grup dengan Victory SC (MDV), Selangor FA (MLS), Becamex Binh Duong (VIE), Sriwijaya FC menunjukkan tajinya dengan memporak-porandakan (caelah kata-katanya) Selangor FA yang saat itu diperkuat striker Xavi Xali (6-1) dan (0-4), Victory SC (5-0) dan (0-0). Praktis hanya Binh Duong yang menjadi rintangan dalam merebut posisi puncak klasemen (SFC menang home 1-0 dan kalah away 2-1). 

Jejak langkah Sriwijaya FC terhenti di babak 16 besar dimana Sriwijaya FC dicampakkan (kenapa gak digantung aja ya, kan lebih sakit digantung daripada dicampakkan? #curhatcolongan #abaikan) oleh Thai Port (THA) 1-4 yang diperkuat striker Teerasil Dangda. Salah satu alasan kekalahan yang bisa penulis tangkap adalah letihnya pemain karena terlalu ketatnya jadwal kompetisi yang dibentuk oleh mafia PSSI guobl#g.

AFC Champions League 2011: Qualifying Play-off - East Final
Kiri-kanan: Kosin dan Suchao selama membela Persib

Kembali menjadi juara Piala Indonesia untuk ketiga kalinya berturut-turut membuat Sriwijaya FC mewakili Indonesia lagi sebagai salah satu tim terkuat Indonesia. Seperti tahun sebelumnya Sriwijaya FC menjalani babak play-off dan kembali berhadapan melawan tim asal Thailand, kali ini Muangthong United yang sudah dua musim berturut-turut menjuarai Liga Super Thailand. Sempat melihat wajah familiar ex-pemain Persib Bandung, Suchao Nutnum dan Kosin yang sekarang berganti nama menjadi Sinthaweechai Hattairattanakol karena ibunya bilang nama lama hanya memberi bad luck.

Pertandingan berlangsung sangat ketat mengingat kualitas kedua tim. Penulis sempat terpukau melihat permainan Muangthong United, sangat cepat, berpola, dan penuh energi. Hingga penghujung laga kedua tim bermain sama kuat 2-2 dan harus ditentukan dengan pinalti. Suatu pembuktian bagi kedua kiper karena sama-sama berstatus pemain timnas. Ferry Rotinsulu terkenal atas keahliannya dalam menghadapi pinalti dan Sintaweechai pun merupakan kiper nomor wahid Thailand dengan pengalaman internationalnya yang ciamik. Drama yang amat sangat terjadi di dalam lapangan karena kedua kiper bergantian berhasil menepis bola!

Deg-degan? OFCOURSE! Skor akhir 7-6 untuk Sriwijaya FC. Di babak selanjutnya, sayang seribu sayang Sriwijaya FC harus dikalahkan oleh tim Al-Ain (IRQ) 0-4. Udah capek-capek ngalahin Thailand tapi gagal maning-gagal maning son #freepukpuk. Akibat kekalahan tersebut Sriwijaya FC harus puas dengan kembali bertanding pada kasta kedua, AFC Cup.

AFC Cup 2011: Babak 16 besar
Kiri-kanan: Kiper TSW Pegasus dan Keith Gumbs
Dengan pengalaman yang mumpuni, Sriwijaya FC berhasil mengakhiri persaingan di grup AFC Cup atas tim VB Sports Club (MDV), TSW Pegasus (HKG), dan Som Lam Nghe An (VIE) dengan posisi runner up dibawah perwakilan Vietnam. Pertandingan yang penuh nostalgia bagi Keith Gumbs saat menghadapi TSW Pegasus, dimana Gumbs pernah menjadi bagian dari tim itu, bahkan menjadi topskor selama disana. 

Pada babak 16 besar Sriwijaya FC lagi-lagi bersua tim asal Thailand, Chonburi FC Shark. Seperti layaknya tim-tim asal Thailand Chonburi FC bermain sangat spartan sehingga berhasil mematahkan perlawanan Sriwijaya FC dengan skor meyakinkan 3-0. Peristiwa ini sekaligus mengakhiri kiprah Sriwijaya FC di perhelatan Asia karena setelah 2011 terjadi dualisme liga akibat Mafia Sepakbola PSSI yang dipimpin Nurdin Halid si Kampret Muka Beton #emosi.

Even the Sun ain't Shining All Day

Matahari sudah kembali ke peraduannya, jalanan mulai diwarnai cahaya lampu, tukang putu udah pulang entah sejak kapan (ni ngapain ada tukang putu lagi!). Layaknya matahari, Sriwijaya FC sudah mengalami berbagai hal yang menunjukkan keagungannya dalam persepakbolaan tanah air. Tapi seberapa lama hal ini akan bertahan? Bahkan matahari yang perkasapun kadang harus menyerahkan tahtanya pada bulan yang lebih kecil. Alangkah baiknya kita belajar dari sejarah naik dan jatuhnya sebuah tim. PSMS Medan, PSM Makassar, Persik Kediri dan Persebaya merupakan tim powerhouse yang seiring waktu melemah, bahkan terperosok dan menghilang dari barisan pendukungnya. 


Can Sriwijaya FC pass the test of time? Will you, the supporter, keep on supporting the sumatran eagle even when he can barely flies with his fragile wings?

terakhir: foto penulis berseragam sriwijaya fc #eaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By