"Kalian bisa nyasar ke sini karena ada niat tulus
kalian untuk membahagiakan orang tua kalian"
Pertengahan 2010, tepatnya hari Minggu 26 April 2010 merupakan klimaks dari perhelatan Ujian Nasional 2010. Terlihat banyak anak SMA yang harap-harap cemas di depan teras rumahnya, menunggu pengumuman hasil UN 2010 yang pada tahun ini dikirimkan oleh Kantor Pos.
8 Mei 2010, UPI mengadakan ujian mandiri bernama UM-UPI. Ternyata peminatnya cukup banyak. Saya dan 3 teman saya bersama-sama menuju ke Lembang, Kampus UPI berada. Disana saya terpaksa memisahkan diri dikarenakan ujian untuk tiap jurusan berbeda tempat. Saya memilih Jurusan Pendidikan dan Sastra Inggris, sedang teman-teman saya memilih Pendidikan Akuntansi, Akuntansi, dan Manajemen. Seminggu berseling, pemerintah mengadakan SMPTN yang mana lagi-lagi saya memilih Jurusan Sastra Inggris. Kali ini saya memilih Universitas Padjadjaran Bandung.
Sebulan kemudian alhamdulillah kami semua diterima di kampus UPI. Tentu saja saya sangat senang bisa bersama-sama teman semasa SMA dulu. Juga karena diterima di jurusan yang sudah dicita-citakan semenjak SMP.
xx Juni 2010, USM STAN dimulai. Sempat senang diawal bulan karena diterima di jurusan yang disukai, ternyata saya juga diterima di kampus STAN. Tepatnya di jurusan DIII Kepabeanan dan Cukai. Pengumumannya hanya selang satu minggu saja. Terlihat jelas air mata ibu yang pertama mengetahui saya masuk STAN. Saya memiliki 3 pilihan untuk menimbah ilmu 5 tahun kedepan; UPI, UNPAD dan STAN. Tapi sudah jelas kemana orang tua saya akan mengikhlaskan saya.
Hari-hari kulalui dengan perkuliahan. Di kelas teman-teman terlihat antusias dalam mengejar ilmu. Mungkin karena sejak awal saya tidak mengharapkan menghabiskan waktuku di tempat ini. Yang terpintas dalam benakku adalah bagaimana mengulang waktu dan merekonstruksi seandainya menjalani perkuliahanku di kelas Sastra Inggris. Drop Out, sesuatu yang dihindari oleh semua mahasiswa, tapi tidak untuk saya.
Beberapa minggu kemudian, saya mulai beradaptasi dengan suasana kampus. Tak banyak yang tahu, disini kami digembleng fisik dan mental untuk selalu menjaga teman satu sama lain. ESPRITE DE CORPS, jiwa inilah yang ditanamkan pada diri kami semenjak memasuki kampus Frans Seda. Dan berbagai hal yang saya lalui dengan teman-teman satu kontrakan, membuat saya nyaman dan mengurangi rasa pilu itu.
Sebulan semenjak perkuliahan, saya memutuskan bergabung dengan Marching Band Bhina Caraka (MBBC). Awalnya sempat ragu, karena saya sama sekali tidak memiliki bakat dalam bermusik. Perlahan tapi pasti saya mulai nyaman dengan kondisi MBBC.
Di MBBC lah apa yang membuat saya bisa tetap bertahan, bahkan semakin mencintai kampusku. Ya, rasa kebersamaan dan kekerabatan disini membuat saya betah. Selain belajar bermusik dengan alat tiup dengan baik dan benar, kami juga belajar cara bekerja sama, mengendalikan ego diri, mengenal pribadi orang, dan mengolah raga. 3 tahun yang sangat menyenangkan bisa dihabiskan disana.
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara adalah rumah kedua saya, dan MBBC adalah sodara saya. Nanti saat saya tua renta, sehari-hari duduk di kursi roda dan sakit-sakitan, saya akan bercerita kepada anak-cucu saya dengan bangga, akan masa muda yang penuh dengan warna warni kehidupan selama saya disini. :)
Hari-hari kulalui dengan perkuliahan. Di kelas teman-teman terlihat antusias dalam mengejar ilmu. Mungkin karena sejak awal saya tidak mengharapkan menghabiskan waktuku di tempat ini. Yang terpintas dalam benakku adalah bagaimana mengulang waktu dan merekonstruksi seandainya menjalani perkuliahanku di kelas Sastra Inggris. Drop Out, sesuatu yang dihindari oleh semua mahasiswa, tapi tidak untuk saya.
Beberapa minggu kemudian, saya mulai beradaptasi dengan suasana kampus. Tak banyak yang tahu, disini kami digembleng fisik dan mental untuk selalu menjaga teman satu sama lain. ESPRITE DE CORPS, jiwa inilah yang ditanamkan pada diri kami semenjak memasuki kampus Frans Seda. Dan berbagai hal yang saya lalui dengan teman-teman satu kontrakan, membuat saya nyaman dan mengurangi rasa pilu itu.
Sebulan semenjak perkuliahan, saya memutuskan bergabung dengan Marching Band Bhina Caraka (MBBC). Awalnya sempat ragu, karena saya sama sekali tidak memiliki bakat dalam bermusik. Perlahan tapi pasti saya mulai nyaman dengan kondisi MBBC.
Di MBBC lah apa yang membuat saya bisa tetap bertahan, bahkan semakin mencintai kampusku. Ya, rasa kebersamaan dan kekerabatan disini membuat saya betah. Selain belajar bermusik dengan alat tiup dengan baik dan benar, kami juga belajar cara bekerja sama, mengendalikan ego diri, mengenal pribadi orang, dan mengolah raga. 3 tahun yang sangat menyenangkan bisa dihabiskan disana.
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara adalah rumah kedua saya, dan MBBC adalah sodara saya. Nanti saat saya tua renta, sehari-hari duduk di kursi roda dan sakit-sakitan, saya akan bercerita kepada anak-cucu saya dengan bangga, akan masa muda yang penuh dengan warna warni kehidupan selama saya disini. :)
terharu bacanya had :'(
BalasHapussempat ragu mau dipost, tulisannya masih seadanya hhehee
Hapusmantaaap jadi sediihh......
BalasHapussmua tinggal kenangan...
makanya main lagi tong pang
BalasHapus