Buruh Quartet |
Setelah anda melihat gambar diatas, apa yang muncul dikepala anda?
"Pait, item dan bikin melek"
Yak. Anda benar. Seperti itulah image yang tertanam bila kita melihat kopi. Tapi.. tunggu.. tunggu dulu.. bukan cangkir kopi yang saya maksud, tapi buku-buku tebal yang menumpuk! (terus kenapa dimasukin digambar had -_- #abaikan)
Still don't ring a bell?
Buku itu adalah buku karya Pramoedya Ananta Toer. Masih gak tau siapa dia? Sayang sekali, salah satu penulis karya sastra terbaik anak bangsa Indonesia terlupakan oleh bangsanya sendiri. Memang tidak pantas men-judge ini seluruhnya kesalahan kita. Betapa tidak, semenjak sekolah dasar sampai tamat kuliahpun nama tersebut tidak pernah dicantumkan dalam pelajaran sejarah. Bahasa Indonesiapun tidak menyerempet sedikitpun tentang karya sastra ini. Pemerintah memang tidak menempatkan beliau sebagai salah satu pemeran dalam masa 'mencari jati diri' bangsa Indonesia. Hal yang sangat saya sesalkan.
Peran? Emangnya dia pahlawan kemerdekaan?
Dia bukanlah seseorang yang membawa bambu runcing dan menyusup kedalam camp militer Belanda. Juga bukan mereka yang berkumpul dirumah Laksamana Maeda ketika Soekarno Hatta dan golongan muda merampungkan proklamasinya. Tapi yang dia lakukan adalah menulis novel, cerita pendek, essay dan polemik sebelum-semasa-dan sesudah jaman kolonialisme Indonesia. Ya, cukup hanya menulis. Gambar yang pertama anda lihat diatas merupakan salah satu karyanya yang disebut "Buruh Quartet", karya yang berisi tentang tokoh imajiner Minke yang mengalami pahitnya kolonialisme oleh Belanda. Dengan sangat menarik Pramoedya membawa kita pada masa-masa itu tanpa menghilangkan esensi sejarah yang terkandung.
Buku sejarah yang kita kenal saat ini terlalu textbook. Kaku. Mengisahkan tentang penjajahan oleh Belanda, cultuur stelsel, dan penyiksaan lain bagai membaca koran. Tapi dengan karyanya Pramoedya dapat membawa kita turut serta merasakan suasana dimasa itu. Perbudakan, penyiksaan, ketidak-adilan terhadap kaum pribumi, dan persaingan perdagangan antar bangsa. Tahukah anda pentingnya organisasi dalam timbulnya kemerdekaan Indonesia dan bagaimana kesadaran itu lahir dari bangsa yang terbelakang ini? Taukah anda betapa primordialisme (kesukuan) bangsa kita saat itu membuat mudahnya Belanda menguasai nenek moyang?
Beruntunglah kita hidup dizaman hak asasi manusia dielu-elukan, padahal dizaman orde baru, sebagian karya Pramoedya Ananta Toer adalah buku yang dilarang disebar-luaskan pada masyarakat. Membaca buku ini merupakan hal yang dilarang untuk masyarakat, tapi banyak yang mencari-cari. Sedangkan disaat kita semua bebas membaca buku apapun, bahkan catatan sang Hitler tanpa kecuali, karya sastra besar ini ditinggalkan. Andai semua orang, tidak, sebagian saja, membaca buku ini bisa jadi akan timbul perubahan.
I really wanted to change people's mind by starting to read artwork like Pram' so they can respect their country more and stop doing stupid things like corrupting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar