Post Terbaru

Mom Indah (Daffodils)

sumur: http://cumakatakata.wordpress.com/

Pelaut yang tangguh tak akan muncul dari laut yang tenang. Mungkin pepatah inilah yang pantas disematkan pada sosok beliau. Dwi Indah Wahyuningsih, atau sering disapa muridnya 'Mom Indah' ternyata punya pengalaman yang getir dengan masa mudanya. Nah pasti pada bingung kan, emang siapa beliau? Kenapa saya sampai buat post khusus untuk beliau?

Saya tak sengaja menimbah ilmu pada beliau di Kampung Inggris. Sekilas tentang Mom Indah: ia seorang tutor di Daffodils, salah satu kursusan di Kampung Inggris, Pare. Yang pernah kesana pasti tau bahwa kursus ini adalah yang terbaik terutama untuk kelas Speaking-nya. Mom Indah adalah satu dari tiga pendiri Daffodils dan sekaligus tutor kelas Public Speaking. Selain itu ia juga aktif di organisasi Toastmaster, yaitu organisasi nirlaba yang berfokus pada public speaking dalam regional dunia.

Saya sangat kerasan di kelasnya, sampai-sampai pernah membuat post khusus tentang kelas public speaking Daffodils. Sempat saya puji sebagai satu-satunya orang yang memberi banyak ilmu pada saya, lebih dari pada tutor-tutor lain selama dua bulan lebih di Kampung Inggris. Kata-katanya yang paling saya ingat adalah saat perkenalan: "my face is javanese, my body is javanese but my english is british" :-)


Post ini untuk diri saya yang kurang bersyukur atas takdir yang Allah berikan pada saya! Seperti Mom Indah, sayapun punya kendala saat ingin melanjutkan studi setamat SMA. Ayah takkan lama lagi akan pensiun padahal ada lima anaknya yang belum menyelesaikan pendidikan S1. Sebagai anak ke-empat saya berinisiatif untuk mencari jalan sendiri. Sempat keterima Unpad dan UPI, sebelum akhirnya saya masuk ST**. Tapi selama satu tahun pertama pikiran saya selalu ingin keluar dari sana, kerena ingin kuliah di luar negeri! What an irony, ketika saya masuk kampus yang susahnya selangit dan tidak bersyukur sedangkan disisi lain ada orang yang bersyukur masih bisa belajar walau harus menjadi TKW!


Selanjutnya silahkan baca sendiri dibawah ya...

***

Dwi Indah Wahyuningsih Menggelandang Di Negeri Orang
Suatu siang, di ruang kursus Bahasa Inggris Daffodils di Desa Tulungrejo, Kediri, Indah tengah mengajar materi public speaking. “Public speaking amat penting. Percuma bisa berbahasa Inggris tapi tak bisa berkomunikasi dengan baik,” ujarnya.

Sosok Dwi Indah Wahyuni (32) memang unik. Sebelum menjadi pendiri lembaga kursus Daffodils sekaligus pengajar Bahasa Inggris, ia memiliki sejarah perjalanan hidup cukup panjang. “Perjalanan berliku yang penuh cobaan itu saya jadikan momen mencari kesempatan untuk berubah jadi lebih baik,” kata Indah yang memiliki siswa kurus bervariasi, dari anak setingkat SD hingga jenjang S3.

Ketika masih duduk di bangku sekolah, Indah tak berbeda dengan siswa lainnya. Ia bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Namun, ada satu kelebihan yang dimilikinya. Ia selalu menjadi yang teratas di bidang bahasa. “Tuhan memberi kelebihan di bidang linguistik pada saya. Jadi ketika diajari Bahasa Inggris, Jerman, atau Arab, saya selalu jadi yang terbaik di kelas,” kenang anak ke 2 dari 3 bersaudara.

Sayangnya, setamat SMA tahun 1987, orangtua Indah tak mampu menyekolahkannya ke jenjang yang lebih tinggi. “Padahal, keinginan saya kuliah bahasa sangat luar biasa,” kata wanita supel ini. Jiwa pemberontak layaknya remaja usia 18 tahun pun muncul dalam dirinya. Ia nekat jadi TKW ke Singapura. “Di benak saya sederhana saja, bagaiamana agar bisa komunikasi dalam Bahasa Inggris,” kisah Indah.

Dapat Musibah
Di Singapura, ia mengasuh anak SD kelas 1 pada keluarga terdidik. “Majikan saya senang sekali, sebab saya pandai berbahasa Inggris, terutama ketika menerima telepon dari teman-temannya,” cerita Indah.

Setahun bekerja, ia diam-diam mendaftar kursus bahasa di Internasional Coresponden School (ICS) di Singapura. Lembaga mirip Universitas Terbuka (UT) yang mahasiswanya tak perlu bertatap muka, tapi cukup melalui surat menyurat dan telepon. “Saya mendaftar tanpa sepengetahuan majikan. Majikan baru tahu belakangan setelah selesai.” Setelah dua tahun tinggal di Singapura, kontrak kerja Indah pun habis dan ia harus kembali ke Tanah Air.

Indah lalu bekerja di sebuah PJTKI di Surabaya. Namun, keinginannya untuk kembali ke luar negeri tak pernah padam. Ia kembali mendaftar jadi TKW ke Hong Kong. Ketika bekerja lagi sebagai baby sitter,ia mendapat musibah. Saat sedang membersihkan gordyn , ia terjatuh dari lantai tiga apertemen. Ia pun tak sadarkan diri hingga 12 jam lamanya.

Persis sehari sebelum keluar dari rumah sakit, Indah yang rencananya akan dijemput agen tenaga kerja untuk dipulangkan ke Indonesia, berontak karena tak menerima uang asuransi haknya. Indah melarikan diri menuju LSM internasional Domestic and Migrant Worker Organization (DMWO). “Saya ingat, tanpa uang cukup dan paspor, juga masih pakai kruk, saya cari lokasi DMWO yang cukup jauh. Benar-benar seperti gelandangan,” kenangnya.Jadi Penerjemah

Di DMWO, ia diterima dengan baik dan ditempatkan di pegunungan milik gereja katedral bersama ratusan pekerja lain yang bermasalah. “Kami diperlakukan sangat baik. Meski berbeda keyakinan, kami diberi tempat ibadah yang bagus,” imbuh Indah.

Lagi-lagi, kemampuan bahasa yang mumpuni membuatnya beruntung. Sambil mengajukan gugatan ke pengadilan untuk minta uang asuransi, ia dijadikan penerjemah bagi pekerja bermasalah di pengadilan. Tepat 9 bulan, perjuangan Indah berhasil. Ia dimenangkan oleh pengadilan dan berhak atas uang kompensasi sebesar Rp 40 juta. Ia pun kembali ke Indonesia.

Setelah lama tinggal di desanya tanpa kegiatan dan masih harus memakai kruk, ia memutuskan ke Tulungrejo, Pare, yang memang banyak terdapat tempat kursus Bahasa Inggris. Ia pun mendaftar kursus dengan tujuan tak sekadar belajar bahasa, tapi juga mencari komunitas untuk berbagi cerita.

Pengajar di tempat kursusnya kagum pada kemampuan berbahasa Indah yang di atas rata-rata. Sang pengajar lalu mengajak Indah mendirikan lembaga kursus baru bernama Daffodils. Di Daffodils, selain mengajar Indah menangani bidang marketing karena dianggap mampu berkomunikasi dengan baik. “Awalnya saya pakai kruk datang ke kos-kosan mahasiswa mempromosikan Daffodils.”

Kemampuan Indah pun makin berkembang. Pada Mei 2010 lalu ia pun masuk semi finalis di english contest yang diadakan Toastamater Canada di Malaysia. “Kini, saya benar-benar merasa menemukan dunia saya. Untuk menuju ke titik ini, perlu perjuangan panjang,” ucap Indah, didampingi suaminya Dikki Marathon (39) putrinya Zakiya Balqis Mercyana (5).

Gandhi Wasono M.

1 komentar:

  1. belajar bahasa inggris dengan metode belajar yang menyenangkan dan hasil yang maksimal, hanya di kampung inggris

    BalasHapus

Designed By